Entri Populer

Senin, 24 November 2008

Kompleksnya Pekerjaan Jalan

Di saat meningkatnya arus mudik lebaran saat ini, tentunya yang sangat didambakan oleh pemudik itu sendiri adalah mulusnya jalan raya yang dilaluinya sehingga acara pulang mudik ke kampong halaman menjadi lebih nyaman, cepat dan aman. Namun harapan itu rupanya tidak sepenuhnya bisa terpenuhi, hasilnya…? Masih ada saja pekerjaan perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan jalan yang terus berlangsung dan di kebut sebelum arus mudik meningkat, sehingga buat orang awam hal ini menjadi terkesan asal dikerjakan, curiga bahwa dananya ditilap, dan tuduhan-tuduhan lainnya yang bersifat mendiskreditkan Pemerintah (Bina Marga), dan para praktisi di bidang konstruksi jalan lainnya.

Tulisan iseng-iseng ini mencoba sedikit memberikan gambaran bagaimana kompleksnya urusan jalan ini dari tahun ke tahun, dan persoalan jalan ini bukannya didiamkan begitu saja oleh para pakar di bidang konstrksi jalan, itu anggapan yang sangat keliru. Mereka sepanjang tahun terus dan terus berusaha dan berupaya agar kualitas jalan yang dikerjakan menjadi baik, Bina Marga banyak melibatkan para pakar jalan baik dari kalangan internal, individu, akademisi, produsen aspal, supplier aspal untuk duduk satu meja membahas dan mencari solusi dalam masalah penanganan perbaikan, pemeliharaan, dan pembangunan jalan di Indonesia agar menjadi lebih tahan lama umur jalan yang telah dikerjakan.

Banyak parameter yang mempengaruhi kualitas dan panjang jalan yang dibagun oleh pemerintah, terutamanya adalah :

Pendanaan :

Departemen Pekerjaan Umum cq Bina Marga terus berusaha setiap tahunnya membangun jaringan jalan baru dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah, karena dengan semakin terbukanya jaringan jalan baru berarti akan semakin meningkat pula arus distribusi barang dan dari kota ke daerah dan sebaliknya, namun demikian usulan tersebut setelah mendapat persetujuan Bapenas tidaklah lantas mulus begitu saja keluar anggarannya, namun demikian masih melalui proses seleksi kembali di DPR. Pemerintah sadar dengan APBN yang terbatas, anggaran tersebut harus berbagi dengan sector lainnya, maka jadilah anggaran yang telah disetujui itu jumlah akan menjadi lebih kecil dari pengajuan semula, begitu pula dengan pekerjaan jalan yang bersumber dari APBD. Dengan kondisi seperti niat Bina Marga untuk memberikan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, khususnya terhadap peningakatan jaringan jalan mnejadi sangat terbatas, sehingga dalam pelaksanaannya dilakukan seleksi dan membuat skala prioritas pekerjaan jalan yang ada.

Pelaksanaan :

Pola pelaksanaan tender adalah salah satu bagian dari proses pelaksanaan perkerjaan jalan, dimana pada awal-awal tahun pada tiga bulan pertama (Janauri – Maret) digunakan untuk melakukan prakualifikasi bagi peserta tender pekerjaan jalan, lolos dari tahapan tersebut calon pelaksana baru mengajukan penawaran harga dan pembukaan penawaran harga (April – Mei), tahapan selanjutnya adalah penandatangan kontrak induk untuk satu paket pekerjaan (Juni), setelah tahap ini selesai, sang pelaksana belum bisa langsung bekerja, karena kontrak paket pekerjaan jalan itu akan melalui tahapan terbitnya SPK (Juli), dan pada tahap ini barulah si pelaksana melakukan mobilisasi alat beratnya ke lokasi paket pekerjaan jalan yang telah dimenanginya, dan pada tahap ini si pelaksana baru bisa mencari rekanan yang mampu mensupply material (40% diantaranya adalah aspal) secara kontinyu tanpa putus, semata agar pekerjaan jalan tidak terhenti. Praktis si pelaksana hanya memiliki kesempatan melakukan penyelesaian pekerjaan dengan masa kerja 120 hari (Agustus-Desember) itupun masih berlomba dengan cuaca, yang pada umumnya sudah memasuki masa penghujan.

Produsen Dan Supply Aspal :

Kebutuhan material aspal di Indonesia makin tahun memiliki kecenderungan yang terus meningkat, baik itu untuk kebutuhan pekerjaan pemeliharaan, perbaikan, maupun peningkatan jalan, dengan total kebutuhan 1.250.000 ton/tahun, sedangkan PT. Pertamina (Persero) melalui kilang unit produksinya di Cilacap baru hanya mampu memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri sebanyak 800.000 ton/tahun, ironisnya semakin tahun bukannya semakin meningkat, akan tetapi justru semakin dikurangi produksinya, pada tahun 2005 dipangkas menjadi 400.000 ton/tahun, dan di saat harga minyak dunia yang terus meroket PT. Pertamina kembali (Juli 2008) menurunkan kapasitas produksinya hanya menjadi 250.000 ton/tahun, hebatnya selama kurun waktu 8 bulan (Januari-Agustus 2008) PT. Pertamina sudah melakukan penyesuaian (kenaikan) harga sebanyak 4 kali, dengan total kumulatif kenaikan sebesar 22%, atau 5,5% per bulan. Kondisi ini membuat para pelaksana menjadi gusar, karena untuk melakukan eskalasi kepada pemerintah tidaklah mudah dan hal ini akan memakan waktu yang cukup lama untuk terbitnya ABT (Anggaran Biaya Tambahan), bahkan bisa saja eskalasi itu tidak disetujui. Seperti saat ini pekerjaan jalan yang ada tengah memasuki masa peak season, sementara PT. Pertamina tengah melakukan overhaul rutin terhadap kilang produksinya di Cilacap, sehingga untuk sementara penyaluran aspal ke dealer menjadi terhambat karena dibatasinya pengambilan ke dealer.

Alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri adalah melalui impor, namun demikian dengan tingginya harga minyak dunia turut pula mempengaruhi daya beli kontraktor, belum lagi aspal yang didatangkan dari kawasan Timur Tengah, seperti Saudi Arabia, Iran dalam pengirimannya sangat terkendala oleh waktu, karena dibutuhkan waktu pengiriman 2-3 bulan, karena kapal tanker yang menuju kawasan Asia Tenggara tidak ada yang berstatus regular, jadi si importer dikenakan charter cost.

Cuaca Tropis Dan Kualitas Aspal:

Pekerjaan jalan di Indonesia dengan iklim tropisnya pada dasarnya tidaklah semudah melakukan pekerjaan jalan bila dibandingkan dengan negara-negara yang berada di iklim sub tropis, dimana dengan menggunakan aspal dengan penetrasi 80/100 sudah cukup memadai. Jalur Pantura adalah salah satu contoh arus lalu lintas yang paling padat di Indonesia dengan beban arus lalu lintas lebih dari 30.000 kendaraan berbagai jenis yang melintas perharinya dan hal ini menjadi tantangan bagi para pakar jalan untuk selalu mengembangkan material jalan yang mampu menahan beban arus lalu lintas yang padat.

Jelas aspal konvensional baik dari produk dalam negeri maupun ex impor dengan jenis spesifikasi penetrasi 60/70 dan titik lembek di kisaran 47ºC sampai maksimum 49,1ºC sudah dianggap tidak mampu lagi menahan beban arus lintas yang padat dan berat seperti Pantura, karena temperature permukaan jalan di Indonesia pada umumnya antara pukul 10.00 sampai dengan 14.00 bisa mencapai 65ºC sampai dengan 75ºC, bisa dibayangkan dengan kemampuan yang hanya sampai di kisaran dibawah 50ºC tersebut tentulah aspal yang digunakan dalam pekerjaan jalan tidak akan dapat berumur panjang.

Atas dasar pengalaman itulah, Bina Marga dengan sadar meminta kepada semua pihak yang berkecimpung di konstruksi jalan meminta sumbangsih pemikiran untuk mengembangkan aspal dengan kualitas terbaik. Maka dikenallah sekarang ini dan bahkan sudah mulai dipakai aspal produk anak bangsa sendiri , yakni aspal modified bahkan kini telah dikembangkan menjadi aspal berkemampuan tinggi, yakni aspal polimer dimana titik lembek dari aspal ini mampu mencapai ≥55ºC bahkan bisa mencapai 60◦C sehingga produk ini menjadi andalan Bina Marga untuk membuat jaringan jalan di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni, dan sebagai contoh pertama adalah jalur Pantura.

Kemampuan Tingkat Pelaksana Di Lapangan :

Sejalan dengan berkembangnya produk aspal berkemampuan tinggi, maka dituntut pula oleh pemerintah kepada pelaksana agar segera merubah paradigma cara kerja para operator di tingkat lapangan/pelaksana, dimana sampai saat ini untuk penanganan aspal berkualitas tinggi masih diberlakukan sama dengan aspal konvensional, karena aspal polimer dan modified ini perlu penanganan khusus, teliti, dan seksama, artinya segala regulasi yang dikeluarkan oleh Bina Marga harus ditaati bila ingin menghasilkan kualitas jalan yang baik, yaitu mulai dari material aspal itu dibuat job mix design, job mix, hingga produksi skala besar dan hingga hotmix itu digelar menjadi aspal untuk pelapisan jalan harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh Bina Marga dan standar pakar jalan (banyak variabelnya yang tidak bisa dijelaskan untuk tulisan ringan ini), karena itulah Bina Marga melalui Satker (Satuan Kerja d/h pimpro) banyak memberikan pelatihan/workshop kepada para pelaksana, bahkan ditingkat pelaksanaan pekerjaan ini para Satker turut terjun langsung mengawasi pekerjaan tersebut, artinya mulai memeriksa mutu aspal yang dikirm oleh supplier, pengawasan di laboratorium, hingga ke pelaksanaan pekerjaan.

Inilah bukti keseriusan pemerintah di dalam memberikan sumbangsihnya dan perbaikan kualitas jalan (skala kecil) pada Negara, bahkan bukan saja pada aparat pemerintah, tapi pihak swasta pun terlibat didalamnya, mereka tidak banyak mengeluh atau berteriak terhadap ketidakpuasan yang dijalankan oleh pemerintah, mereka tidak banyak bicara walau peran mereka kecil tapi mereka telah mencoba membenahi diri dengan terus berkarya untuk menghasilkan yang terbaik untuk negeri ini.

Demikian sekilas gambaran betapa kompleksnya sebuah niat untuk memperbaiki kerusakan jalan di negeri ini dengan resiko di caci, dicurigai, dicemooh oleh masyarkat yang memang tidak dapat disalahkan karena keawamannya.

Jakarta, 23 September 2008
Prie. 2482

Tidak ada komentar:

Posting Komentar