Entri Populer

Selasa, 16 Desember 2008

Sejarah Perkembangan Jalan





Banyak Akses jalan di belahan bumi ini masih menggunakan aspal, aspal yang berasal dari minyak bumi ini adalah produk turunan dari propan dimana masih banyak orang menyukai jalan beraspal ketimbang berbasis beton adalah ; karena sifat aspal yang flexible dan akustikit mampu meredam getaran roda dengan permukaan jalan sehingga suara getar dan berisik itu tidak merambat ke ruang kabin kendaraan sehingga suara getar roda yang diredamnya itu mampu menciptakan susana hening pada ruang kabin kendaraan serta tidak mengganggu kenikmatan pengendara yang sedang mendengarkan alunan musik dari perangkat audionya, coba bandingkan ketika anda melajukan kendaraan di permukaan jalan yang berbasis concrete/beton (apalagi di jalan toll) perangkat audio yang sedang anda putar akan menjadi percuma/sia-sia karena suara bising getaran roda dengan beton jalan menjadi lebih keras dari suara alunan musik dalam kendaraan anda. Keunggulan lainnya adalah dalam proses pengerjaannya aspal relatif lebih mudah dan dapat dengan cepat dilakukan open traffic setelah dilakukan pengaspalan, beda dengan jalan beton yang harus melalui proses curing lebih dulu minimal sepuluh hari, dan selama itu pula pengguna jalan raya akan menjadi tersiksa karena macet dan menghambat perjalanan pengendara.

Teknologi jalan beraspalpun sudah lama ditemukan dan diterapkan seperti pada kisah ini :

Sejarah Konstruksi Membangun Jalan

Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya. Di Eropa Utara yang repot dengan tanah basah yang berupa "bubur", dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu dipasang diatas ranting, lalu diatasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui rintangan tersebut.

Di kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tidak meluncur turun. Sedangkan masyarakat di Lembah Sungai Indus, sudah membangun jalan dari bata yang disemen dengan bituna (bahan aspal) agar tetap kering. Dapat dikatakan, pemakaian bahan aspal sudah dikenal sejak milenium ke 3 sebelum masehi dikawasan ini, terbukti di Mahenjo Daro, Pakistan, terdapat penampung air berbahan batu bata bertambalkan aspal.

Konstruksi jalan Bangsa Romawi berciri khas lurus dengan empat lapisan. Lapisan pertama berupa hamparan pasir atau adukan semen, lapisan berikutnya berupa batu besar datar yang kemudian disusul lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava yang mirip batu api. Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Rancangan Jalan Romawi tersebut termasuk mutakhir sebelum muncul teknologi jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya jalan itu rusak ketika Romawi mulai runtuh.

Seorang skotlandia bernama Thomas Telford (1757 - 1834) membuat rancangan jalan raya, di mana batu besar pipih diletakan menghadap ke atas atau berdiri dan sekarang dikenal dengan pondasi jalan Telford. Konstruksi ini sangat kuat terutama sebagai pondasi jalan, dan sangat padat karya karena harus disusun dengan tangan satu per satu. Banyak jalan yang bermutu baik dengan konstruksi Telford, tetapi tidak praktis memakan waktu.

Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang di Indonesia dikenal dengan jalan Makadam itu lahir berkat semangat membuat banyak jalan dengan biaya murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Jalan Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun satu per satu dan saling mengunci sebagai satu kesatuan.

Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun jalan aspal namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu dapat disaksikan di Champ-Elysess, Paris, Perancis. Jalan aspal yang bersipat lebih plastis atau dapat kembang susut yang baik terhadap perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang lebih tahan air.

Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Sekarang banyak jalan tol dengan konstruksi beton (tebal minimum 29 cm) dan tahan hingga lebih dari 50 tahun serta sangat kuat sekali memikul beban besar.

Jalan Aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia University, New York. Pada tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal dengan kepadatan maksimum. Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan Pennsylvania Avenue, Washington D.C pada tahun 1877.

Pada saat ini sedikitnya 90 % jalan utama di perkotaan selalu menggunakan bahan aspal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar