Entri Populer

Sabtu, 24 Juli 2010

Tayangan Televisi Semakin Mengkhawatirkan



PELAN TAPI PASTI MORAL ITU AKAN BERGESER

Maraknya stasiun televisi swasta nasional dan daerah tidak ceteris paribus dengan meningkatnya kualitas bangsa khususnya bidang pendidikan karena apa yang dilihat oleh pemirsanya kebanyakan adalah hal-hal yang bersifat mubazir (kecuali tayangan sepak bola dan olah raga lainnya), tulisan ini hadir sebagai sumbangan opini atas artikel yang menyoroti masalah pertelevisian di tanah air.

Karena ingin dibilang pelopor dalam keterbukaan informasi mass media baik cetak maupun elektronika, dan hebatnya kurang dari dua puluh tahun negeri ini sudah dibanjiri oleh stasiun-stasiun televisi swasta, belum lagi di era otonomi daerah ini, rame-rame Pemda dan pengusaha lokal juga ikut latah bikin stasiun televisi sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana kita bisa membendungnya ? Pada awal mereka mengajukan pendirian, proposal sih idealis bener, ada yang berkonsep pendidikan, olah raga, berita, dll. Nyatanya…? Setelah berjalan sekian tahun beroperasi mereka sudah dengan beraninya melenceng di depan mata KPI dari apa mereka proklamirkan sebelumnya

200 juta penduduk pasar potensial (buat dirusak akhlaknya)

Dengan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat, Indonesia dipandang pasar potensial dan dianggap strategis buat menyampaikan apa saja, baik oleh pemerintah, maupun swasta, apalagi untuk pemasaran sebuah produk. Sadar atau tidak buat para pemilik stasiun televisi ini, atau memang sengaja…? Dengan penduduk yang sangat beragam, baik dari segi pendapatan, pendidikan dan budaya, alih-alih igin mencerdaskan bangsa justru kehadiran televisi swasta sekarang ini semakin dipertanyakan perannya dalam mencerdaskan bangsa, masalahnya :

1. Banyaknya tayangan sinetron yang menampilkan intrik dalam rumah tangga, seperti perselingkuhan, kekerasan baik terhadap peran isteri dan anak, kenakalan remaja yang sudah menjurus pada kehidupan gangster.
2. Tayangan “kehidupan mimpi” dalam sinetron seperti, rumah mewah dan mobil kinclong keluaran terbaru adalah mimpi buat sebagian besar penduduk negeri ini yang buat makan besok hari aja mereka masih mikir. Sinetron2 yang ada sekarang ini tak lebih dari formula stimulant buat menyeret anak bangsa ini kedalam kehidupan hedonis, materailistis, borjuis namun tidak didukung oleh kemampuan yang memadai.
3. Stasiun televisi swasta sudah secara sengaja dan berjama’ah menyeret pemirsanya kepada keyakinan syirik, terbukti banyak digelarnya tayangan misteri, berburu hantu, nonton hantu bareng, dll, saya yakin mereka para hantu ini sebenarnya adalah mahluk yang rendah hati, buktinya…!? Mereka ini kan paling males dan pamali untuk bertemu manusia, kitanya saja yang manusia ini kadang-kadang yang kepengen jadi setan, atau malah ada yang sudah jadi setan…?
4. Ada lagi tayangan situasi komedi di salah satu tv swasta yang pada awalnya nampak lucu dan menghibur, tapi cobalah amati secara seksama lambat-laun tayangan sitkom ini sudah merubah kedudukan laki-laki dalam rumah tangga bukan lagi sebagai khalifah tapi tak lebih dari seorang jongos, babu, dan sapi perah, dimana di negeri yang berpenduduk mayoritas Islam ini kedudukan isteri dalam rumah tangga selain sebagai ratu dalam rumah tangga, hendaknya dia taat terhadap suami seperti apa yang sudah disyariatkan dalam agama, tapi lihatlah dalam tayangan tersebut para isteri-isteri sudah berperan kelewat batas perlakuannya terhadap suami : berani membentak, melawan, mengancam, bahkan melakukan kekerasan. Walau ditampilkan secara lucu tapi hal ini pelan tapi pasti akan menyeret paradigma para isteri untuk berbuat seperti apa yang ditayangkan dalam sitkom tersebut. Inikah yang dimaksud dengan kesetaraan..!?
5. Jam tayang untuk acara yang berating tinggi dibuat pas dengan ibadah sholat maghrib, maksudnya apa…? Tak lain agar pemirsa lebih mengutamakan nonton televisi ketimbang sholat maghrib, dan belajar, jadi kapan mau pinternya anak bangsa ini…!?
6. Maksudnya mau dibilang pemberani, hebat berani tampil beda, tapi sayang halal dan haramnya sebuah makanan sudah tidak dihiraukan lagi, lihatlah tayangan ekstrem kuliner…!!! Juga ada yang maksain jadi banci karena dianggap lucu.
7. Hilangnya acara bermutu, dulu ada “Bajaj Bajuri” sitkom yang menampilkan realitas kehidupan sehari-hari kota Jakarta, katanya dihapus karena bertentangan dengan program langit birunya Pemda DKI. Sebenarnya bisa dilanjutkan si Bajuri yang dapat bantuan kredit Bajaj BBG, dengan judul baru B4G (Bajaj Bajuri Bahan Bakarnya Gas), dan Si Doel Anak Sekolahan.

Analisis atau Paranoid…?

Dari beberapa kebobrokan tayangan yang ada di televisi swasta tersebut di atas, penulis memiliki kecenderungan mencurigai adanya “Grand Strategy” dari “barat” (Yahudi dibelakangnya) untuk menghancurkan moral dan akhlak bangsa ini dengan dibungkus/berdalih pada kebebasan : arus informasi, dan pers, yang mengglobal. Alasannya mungkin terlalu sederhana, karena sebagai mayoritas muslim terbesar di dunia, mereka masih berfikir dua kali untuk menghancurkan secara frontal, mereka sangat faham bahwa sikap masyarakat muslim Indonesia yang cenderung militan.

Barat memang sudah dengan sengaja menyerang untuk merontokkan moral dan akhlak bangsa ini dari berbagai sektor, mulai dari makanan/minuman, pakaian (sedemikian murahnya baju tank top dibandingkan dengan busana muslimah), hiburan, informasi.

Mandulnya peran institusi yang mengkontrol itu semua seperti KPI, MUI, dll membuat mereka semakin merajalela bergerak, lembaga-lembaga tersebut diam tak bernyali, bergerakpun sebatas basa-basi dikala banyak mendapat kecaman, apakah mereka sungguh-sungguh menghadapi ekses ini…?? Atau mereka memang takut karena berada dalam tekanan pihak luar…?? Wallahualambisawab.

Sudah sepantasnya dan gak perlu malu untuk mencontoh Pemerintah Cuba, lihatlah tayangan yang ada di negeri ini yang sebagian besar (63%) berisi siaran pendidikan yang dibawakan langsung oleh para professor yang mengajar di universitas, tidak heran negeri kecil ini angka melek hurufnya 100% dan mereka rata-rata berintelektualitas tinggi, karena pemerintahnya mewajibkan setiap warga negaranya untuk mengikuti pendidikan hingga perguruan tinggi, dan biaya pendidikan di Cuba gratis, itulah komitmen tinggi yang dibuat oleh Castro dan Che Guevara (lihat tulisan saya : Sang Idealis Sejati Yang Tak Lekang Oleh Masa), sekarang bandingkan dengan beberapa stasiun televisi swasta yang ada di Negara kita dalam satu hari siaran mulai dari jam 04.35 s/d 03.00 di 4 (empat) stasiun tv-swasta terbesar, dengan rata-rata memiliki 23 – 39 mata acara/hari, hasilnya….!? Astaghfirullah al’adzim…. Mereka mengisinya dengan acara-acara hiburan yang kebanyakan : sinetron, bahkan sampai tengah malam, acara “ghibah” alias gossip (hampir semua stasiun televisi memiliki acara laknat dan biadab ini) yakni dengan total acara hiburan sebanyak 71,4%, kalau mereka lantas marah dan protes serta mengklaim bahwa stasiun televisi mereka sudah mendidik pemirsanya silahkan saja…!! Data membuktikannya dan mendidik apa pada pemirsanya…!?

Bila hal ini didiamkan terus maka secara perlahan tapi pasti media televisi kita menjadi mesin paling ampuh untuk merusak moral dan akhlak anak bangsa. Dulu dikala stasiun televisi cuma ada satu dijadikan corong Pemerintah untuk menyampaikan kebohongan dan program cuci otak dengan doktrin tayangan wajib tiap bulan September yakni film G30S PKI, kini ketika rame-rame orang sanggup bikin stasiun televisi swasta, mereka bukannya mencerdaskan bangsa tapi merusak moral bangsa, karena bangsa ini belum siap untuk menyerap secara bebas arus informasi yang masuk, peran lembaga independen bernyali besar yang membatasi/menghentikan siaran yang tidak mendidik.

Semoga apa yang tengah digodok oleh Pemda Tangerang bersama para ulamanya dalam menelurkan perda yang melarang para warga Tangerang untuk menghidupkan televisi pada jam : 18.00 s/d 20.00 untuk memberikan ketenangan dan kenyaman warganya untuk menjalankan ibadah sholat maghrib, isya dan menjalankan kegiatan belajar, dan ini bukanlah langkah yang mustahil bila semua pihak mendukungnya.


Jakarta, 25 April 2008

Prie "Rain Pebble" handhono

Jumat, 23 Juli 2010

Perjalanan Hidup Sesudah Mati



Saudaraku yang budiman dan bijaksana, selain guyonan yang kerap saya sampaikan semata untuk saling memberikan hiburan, namun rasanya perlu juga setelah bersenda gurau kita mengingat akan hal kematian, semata hal ini untuk mempertebal rasa iman dan keyakinan kepada Allah SWT dalam hidup ini kita akan menempuh kematian. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 35 : “Kullu nafsin zhaaqqikatul mauti” artinya : “Setiap diri yang hidup pasti merasakan sakit mati.”

Saat ini banyak manusia yang tidak mempercayai serta meyakini bahwa dia pasti dan hidup sesudah mati. Terbukti dalam kehidupan sehari-hari, mereka terbuai dengan kenikmatan dan kepalsuan dunia, dimana mereka melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama, seperti : berfoya-foya, berjudi, candu, narkoba, pergaulan bebas, menelantarkan fakir miskin dan yatim piatu yang membuat mereka lupa akan adanya hari akhir.

Untuk itu marilah kita hindarkan dan jauhkan diri ini dari hal-hal yang akan menyesatkan dan menyengsarakan diri dalam menghadapi kematian dan hidup sesudah mati. Semoga kita semua selamat serta bahagia dalam melalui dan menempuh bermaca-macam proses yang telah ditentukan oleh ajaran Islam, sehingga kita selamat menemui Yang Maha Pengampun, yakni Allah SWT.

Dengan demikian janganlah kita terlalu terlena dalam kebodohan dalam menjalani kehidupan ini, sebab alangkah malangnya nasib seseorang yang tidak sempat bertobat disaat-saat sakratul maut datang menjemput ajalnya. Innallaha ghafurrurahim. Akhirnya kepada Allah juga kita memohon taufik dan hidayah Nya dan kepadanya kita berserah diri.

RASA SAKITNYA SAKRATUL MAUT

A. Macam-macam sakitnya sakratul maut, dimana berpisahnya roh dari badan, dan manusia sebagai mahluk yang lebih tinggi derajatnya dari mahluk lain akan menjalani sakratul maut dengan jalan kebaikan dan jalan keburukan (tidak baik).
Sesuia dengan dengan surat Qaf ayat 19 hal 763 : “Sakratul maut (kesakitan mati) dating dengan sebenarnya, itulah dari padanya engkau hendak melarikan diri”.

Dalam surat Al Munafikun ayat 11 hal 829 : “Dan Allah tiada akan memberi tangguh kepada sesuatu jiwa, apabila janjinya telah sampai dan Allah mengetahui betul apa yang kamu kerjakan” Dimana Malaikat sebagai pelaksana disertai 70 Malaikat Rahmat dan 70 Malaikat Siksa.

Bahwa apabila dicabut Roh seorang mukmin, maka Roh tersebut diserahkan kepada Malaikat Rahmat dan memberi berita gembira kepadanya (Roh) dengan balasan Surga dan pahala, kemudian mereka membawanya (Roh) naik ke Langit sampai ke tempat derajat yang paling tinggi. Sebaliknya, apabila dicabut Roh seorang kafir, maka Roh tersebut diserahkan kepada Malaikat Siksa, kemudia mereka mengembalikan Roh itu ke Neraka Sijjin sampai ke tempat yang paling dasar dan hina.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Kalau seandainya rasa sakit sehelai rambut dari seorang mayat ditaruh diatas Langit dan Bumi niscaya matilah penduduk Langit dan Bumi dengan izin Allah SWT, karena tiap-tiap helai rambut itu mengalami mati, danmati itu tidak terjadi pada rambut saja melainkan semua anggota tubuh”.

Malaikat Maut mengatakan ada 4 wajah anggota tubuh tempat pencabut Roh :

1. Di atas kepala.
2. Di muka / depan.
3. Di pungung.
4. Di dua kaki.
Dimana Roh para Nabi dan Malaikat dicabut melalui wajah yang di kepala.
Roh para Mukmin melalui wajah yang di depan / di muka.
Roh orang Kafir melalui wajah yang di punggung.
Roh para Jin melalui wajah yang di kedua tapak kakinya.
Roh orang Mukmin itu tidak akan keluar sebelum dia melihat tempatnya di Surga, dan seorang Kafir Roh itu tidak akankeluar sebelum dia melihat tempatnya di Neraka, Allah SWT telah menciptakan Malaikat Jibril dengan sebaik-baiknya bentuk, dan mempunyai 600 sayap.

Diantara sayap-sayap itu terdapat dua sayap berwarna hijau. Apabila sayap itu direntangkan,maka akanmemnuhi apa-apa yang terdapat antara seluruh isi Langit dan Bumi. Dimana sayap kanan terdapat gambaran Surga dan seluruh isinya, Bidadari, Istana, Kamar bertingkat-tingkat, para khadam, dan para pembantu, anak-anak serta keindahan dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan Manusia di Dunia. Sebaliknya pada sayap sebelah kiri terdapat gambaran Neraka Jahanam dan seluruh apa yang ada didalamnya, ular, kalajengking, gambaran siksaan luar biasa yang melebihi dari segala siksaan di Dunia.
Apabila seorang Mukmin, maka Malaikat Zabaniah akan merentang sayap kanannya sehingga dia melihat dengan jelas tempatnya di Surga yang sangat dirindukannya, sehingga terus dan tak putus-putus memperhatikannya tanpa mau melihat ke tempat lain walau sekalipun itu adalah ayah, ibu serta anak-anaknya.

Dan apabila mereka yang akan meninggal itu seorang Kafir (Munafik), maka Malaikat Jibril akan merentangkan sayap kirinya, sehingga mereka dapat melihat tempatnya dengan jelas di Neraka Jahanam tanpa putus-putus, dan akan terus memperhatikan tempat pembalasan dari semua perbuatan buruknya yang mereka lakukan selama di Dunia, sampai-sampai dia tak sempat lagi melihat ke tempat lain walau sekalipun itu ayah, ibu, serta anak-anaknya.

Roh itu ada 3 macam :

1. Sulthaaniyyah (bangsa raja), tempatnya di hati.
2. Ruuhaniyyah (bangsa rohani), tempatnya di dada.
3. Jasmaaniyyah (bangsa jamsmani), tempatnya di antara daging dan darah, serta diantara tulang dan urat-urat.

Abu Bakar Asshidiq ra mengatakan ada 7 tempat pergi roh ketika keluar dari jasad :

1. Arwah para Nabi dan Utusan tempatnya adalah Surga Adnin.
2. Arwah para Ulama tempatnya ialah di Surga Firdaus.
3. Arwah para Syuhada mereka terbang sepertiburung di Surga sekehendak mereka.
4. Arwah mereka yang berbahagia, tempatnya ialah di Surga Lliyyin.
5. Arwah para Mukmin yang berdosa mereka tergantung-gantung di udara, tidak di Bumi, tidak juga diLangit, hingga kiamat tiba.
6. Arwah anak-anak orang beriman yang wafat waktu kecil, mereka berada di gunung.
7. Arwah orangKafir adalah di neraka Sijjin, mereka di siksa beserta jasadnya hingga kiamat.

B. Riwayat Nabi Idris As.

Di waktu Nabi Idris As dikunjungi oleh seseorang, Nabi bertanya : “Siapa engkau?” Kemudian orang itu menjawab : “Saya adalah Malaikat pencabut nyawa” Nabi Idris bertanya kembali: “Apakah engkau dating untuk berkunjung atau mencabut nyawa ku?” Malaikat menjawab : “Hanya untuk berkunjung dengan ijin Allah SWT” Kemudian Nabi Idris meminta hajat kepada Malaikat pencabut nyawa agar supaya Malaikat tersebut mencabut nyawanya dan kemudian menghidupkannya kembali sehingga dia bisa beribadah kepada Allah sesudah dia merasakan mati. Seketika itu juga Mlaaikat Maut mencabut nyawa Nabi Idris dengan ijin Allah, tak lama kemudian Malaikat memohon kepada Allah untuk menghidupkan kembali Nabi Idris. Dengan ijin Allah, Nabi Idris dihidupkan kembali dan saat itu juga Malaikat bertanya kepada Nabi Idris : “Bagimana rasanya mati?” Nabi Idris menjawab : “Seperti binatang terkelupas kulitnya dalam keadaan hidup, maka rasa sakit mati itu melebihi seribu kali lipat dari itu”

Jakarta, 23 Juni 2010

** Dari penulis : H. Abdul Munir Djalal, H. Ali Umar Chatib yang di tulis kembali oleh : H. Kasmin Islamin dengan beberapa suntingan dari penulis.

Kelebihan Non Teknis Dari Metro Mini Dan Kopaja



Kehadiran Metro Mini dan Kopaja di Jakarta telah memberi warna kepada kehidupan dan aktivitas warga Jakarta. Tidak sedikit yang membutuhkan jasa angkutan masal yang murah dan meriah ini, dan sudah pastinya banyak suka dan duka yang dialami oleh warga Jakarta sebagai pengguna jasa transportasi ini. Si Nasruddin Hore mencoba melihat sisi lain dari dua moda transportasi khas kota Jakarta ini, berikut pengamatannya :


1. Supir Metro Mini/Kopaja lebih tahu bagaimana mengimplementasikan ajaran agama. Terbukti banyak penumpang yang mendadak jadi ingat akan Tuhannya. Ada yang sepanjang perjalanan jadi rajin berdzikir, ada pula yang mengatupkan ke dua tangannya untuk berdo’a.

2. Naik Metro Mini/Kopaja selain murah juga dapat suguhan live music, naik taksi atau busway, bahkan mobil pribadi mana bisa kayak gini.

3. Metro Mini/Kopaja selain berfungsi sebagai sarana transportasi, juga sebagai sarana pusat kebugaran. Gak percaya?! Bagi anda yang berbadan lebar cobalah naik Metro Mini/Kopaja sepanjang tahun dengan memakai jaket parasit, niscaya berat anda akan cepat susut.

4. Kebanyakan supir Metro Mini/Kopaja rata-rata memiliki IQ tinggi. Gak percaya lagi?! Ini buktinya, perhatikanlah ketika arus lalu-lintas macet parah, maka supir Metro Mini/Kopaja akan mengambil jalan yang berlawanan arus dan ketika ramai-ramai pengguna jalan lain memaki dia “Haaiii…!!! Kalau jalan pakai otakkk…!!!” maka si supir dengan tangkas dan cerdas akan menjawab “Ini yang pake otak!” (lawan arus).

5. Kernet Metro Mini/Kopaja ternyata lebih hebat dari Deddy Cobuset dalam menghipnotis penumpangnya, cukup dengan dua sampai tiga kali kecrekan uang logam, maka seluruh penumpang akan merogoh saku atau dompetnya untuk mengambil uang dan memberikannya kepada sang kernet secara sukarela.

6. Naik Metro Mini/Kopaja bisa sekalian belanja alat kebutuhan anda (korek kuping, tongkat pemijat, dll)

7. Kernet Metro Mini/Kopaja sangat mengutamakan pelayanan keselamatan para penumpangnya, khususnya penumpang wanita muda, lihatlah dengan rajin si kernet akan membantu naik dengan cara mendorong (maaf) bokong sang penumpang, cuma kalau yang naik laki-laki atau nenek-nenek, mendadak si kernet kayak orang bego.

8. Supir Metro Mini/Kopaja paling toleran di jalan raya. Mereka akan memberi kesempatan pengguna jalan yang lain untuk mendahuluinya, sementara si supir dengan sabar menunggu di mulut gang, hanya untuk menunggu pelanggan setianya.

9. Formasi kursi yang sempit dan rapat membuat penumpang bisa cepat akrab satu sama lainnya, yakni minimal akan terbuka dialog “Maaf mas, minggiran dikit kek…!?”

10. Naik Metro Mini/Kopaja membuat silahturahim dan hubungan persaudaraan semakin erat. Buktinya?! Kalau lagi mogok maka rame-rame penumpangnya di suruh dorong (mirip mobil keluarga sendiri).

Bila anda pernah mengalami pengalaman seru dengan Metro Mini dan Kopaja, maka Nasruddin Hore tidak mengharamkan untuk para pembaca menambahkan pengalamannya.

Jakarta, 21 Juli 2010, 21:00

Kerusuhan Pertama Di Era Orde Baru


Peristiwa berdarah di era Orba ini terjadi tiga puluh enam tahun yang lalu. Ya! tepatnya 15 Januari 1974, di mata masyarakat Indonesia waktu itu peristiwa ini terjadi lantaran penolakan para mahasiswa yang di motori oleh mahasiswa UI dan Trisakti atas buntut dari konjungan PM Jepang saat itu Kakue Tanaka, mahasiswa menolak masuknya modal asing (Jepang) ke Indonesia, dan peristiwa ini merupakan klimaks atas kunjungan ketua IGGI Jan Pronk sebelumnya, dimana Pronk menghembuskan pemikiran perlunya arus modal asing masuk ke Indonesia untuk menumbuhkan perekonomian bangsa. Konsep ini memang di dukung oleh kelompok alumnus Universitas Barkeley, yakni Ali Wardhana dan Widjojo Nitisastro, dimana konsep ini di tentang oleh para mahasiswa yang menginginkan berpijak di atas kaki sendiri membangun perekonomian bangsa melalui konsep koperasi yang dibangun oleh Bung Hatta.

Namun perseteruan yang timbul dipermukaan bukanlah dua hal tersebut di atas, setelah peristiwa berdarah itu berlalu sekian lama, maka baru dimengerti bahwa konsep pembangunan ekonomi itu hanya jembatan belaka buat dua jenderal yang sedang berseteru. Peristiwa tiga puluh enam tahun yang lalu itu bagi saya yang baru duduk di kelas lima Sekolah Dasar belumlah mengerti benar apa yang sesungguhnya terjadi di negeri ini, namun ekses dari peristiwa itu yang saya ingat adalah Ayah saya sebelum berangkat kerja telah menulis dengan huruf besar di atas karton "BUATAN ITALIA" untuk mobil Fiat 125 kesayangan kami kala itu, sementara Datsun pick up yang nota bene buatan Jepang, selama kerusuhan itu tidak pernah dikeluarkan (takut di jarah dan dibakar)

Untuk ukuran anak yang baru duduk di bangku SD saya sudah tergolong nekat untuk menyaksikan secara langsung peristiwa berdarah pertama di era Orba. Bagaimana situasi sepanjang jalan Jenderal Sudirman sudah banyak mobil-mobil buatan Jepang, baik kendaraan pribadi maupun umum (kebanyakan taksi) yang di bakar oleh massa, sedangkan show room Astra dibilangan jalan yang sama sebelum ludes dibakar terlebih dahulu di jarah oleh massa yang jumlahnya sudah mencapai ribuan. Saya terus beregerak (jalan kaki) dari Pejompongan menuju Senen, untuk melihat bagaimana aksi massa menjarah toko-toko emas di sana (Pasar Senen kala itu masih jadi pusat belanja mewah di Jakarta di samping Sarinah).

Aksi massa yang semakin tidak terkendali itu membuat aparat keamanan melakukan tindakan represif kepada massa yang bergerombol di jalan, kami di kejar hingga ke jalan Salemba Raya, disini saya ingat betul karena saking banyaknya massa yang berhamburan tidak karuan saya kesandung salah seorang yang jatuh karena panik, maka sayapun ikut terjatuh, dan secara bersamaan tukang becak yang dibelakang saya dengan paniknya mengayuh becaknya sekuat tenaga hingga melindas tubuh saya, bahkan seorang tentara yang mengejar massa pun dengan gagah perkasanya menginjak tubuh saya (apes bener udah kelindes becak masih diinjak pulak).

Tidak ingin menjadi bulan-bulanan tentara saya pun lari sekuat tenaga hingga ke arah Jalan Diponegoro, tidak ingat di rumah siapa dibilangan jalan itu saya melompati pagar (cari selamat), tapi naas paha kaki kiri saya tersangkut pagar yang berujung cukup tajam sehingga membuat paha bagian dalam saya sobek (kini membekas dan jadi kenangan manis perjalanan hidup saya), saya tinggal sendirian, entah di mana teman-teman saya yang lainnya, yang jelas menjelang sore saya baru bisa sampai di rumah dalam keadaan badan sakit-sakit dan terluka, dan ternyata saya lah yang pulangnya paling akhir, tiba di rumah orang tua sudah panik dengan keadaan saya, tapi saya terpaksa berbohong (daripada gak boleh main lagi) bahwa luka yang ada di paha kiri akibat main bola.

Berikut ini saya ambilkan artikel dari Blog Last Stand Hero yang mencoba mengungkap sedikit peristiwa Malari 1974 itu.

Konspirasi Dua Jenderal Dibalik Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974


Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974

Kerusuhan Malapetaka 15 January 1974 merupakan peristiwa yang menarik untuk diketahui, peristiwa ini adalah tonggak kerusuhan massa terbesar selama rezim Soeharto berkuasa,peristiwa ini terjadi saat perdana menteri Jepang Kakuei Tanaka sedang berkunjung ke Indonesia, para demonstran yang kebanyakan berasal dari mahasiswa memanfaatkan moment ini untuk berujuk rasa besar besaran dalam rangka menolak masuknya dominasi asing khususnya Jepang dalam kegiatan perindustrian dan perdagangan di Indonesia yang berujung pada kerusuhan,penjarahan dan pembakaran aset aset pemerintah maupun masyarakat biasa.

Para mahasiswa yang terlibat kebanyakan berasal dari Universitas Indonesia dan Universitas Trisakti ini dituduh ditunggangi organisasi massa dan kepemudaan tertentu semisal PSII, HMI dan bekas Masyumi ,karena aksi mereka berujung pada tindak anarkis,sediktnya 11 orang meninggal,300 orang mengalami luka ,775 orang ditahan, 807 mobil dan 187 sepeda motor dirusak atau dibakar ,144 bangunan rusak, dan 160 kilogram emas hilang dari sejumlah toko perhiasan di Jakarta,bahkan proyek pembangunan Senen yang bernilai milyaran rupiah pada saat itu ikut hangus terbakar,namun pada saat itu media massa hanya memberitahukan peristiwa yang dapat terlihat secara kasat mata, informasi tentang puluhan mahasiswa dan penggerak massa dijebloskan ke penjara dengan status tahanan politik(tapol) serta aktivis yang hilang secara tiba tiba ,alpha dari pemberitaan,bahkan masyarakat ataupun mahasiswa mahasiswa itu sendiri baru mengetahui setelah rekannya banyak yang hilang secara misterius dan pada tahun 1990an Ramadhan KH dan Heru Cahyono dalam bukunya mencoba menguak fakta tentang penjemputan paksa orang orang yang terlibat dalam peristiwa malari ini dirumah mereka masing masing,seperti yang terjadi pada Salim Hutajulu(Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Ilmu Sosial kala itu),Hariman Siregar(ketua Dewan Amanat Mahasiswa) tak luput juga Syahrir dan Dorodjatun Kontjoro Jakti(eks MekoPerekonomian zaman Megawati)yang masing masing dijebloskan ke penjara selama enam tahun.

Para mahasiswa mengepung bandara Halim Perdanakusumah yang sedianya digunakan untuk menjemput PM Jepang kala itu, Kakuei Tanaka,mereka mencoba menerobos masuk ke Pangkalan Udara tersebut namun tidak berhasil karena sudah dijaga aparat secara ketat, sebab pemerintah sudah mencium akan adanya aksi massa itu sehingga pemerintah menjemput PM Tanaka dengan helikopter dari Bina Graha langsung ke Istana Negara tanpa melakukan iring iringan kendaraan yang lazim dilakukan untuk menjemput tamu negara.

Sebenarnya aksi para mahasiswa dan sejumlah organisasi yang diduga menunggangi kerusuhan ini merupakan klimaks dari kunjungan ketua IGGI asal Belanda Jan Pronk yang menghembuskan pemikiran masuknya modal asing guna menguatkan perekonomian Indonesia, mereka memanfaatkan momen itu untuk menolak kebijakan Soeharto dan Orde Barunnya kala itu,pada masa itu ada dua kubu dengan pemikiran yang berbeda dalam menerapkan kebijakan startegi pembangunan kubu yang pertama adalah kubu Hatta yang menitikberatkan pada koperasi , kubu ini cenderung lebih nasionalis namun sosialis.Kubu Hatta sangat menekankan pada pemerataan. Sedangkan kubu yang kedua adalah kubu Widjojo Nitisastro dan Ali Wardhana serta kawan kawanya yang lain yang sama sama alumnus University California of Berkeley, para pengamat di lingkungan akademisi dan pers menyebut mereka mafia Berkeley, kubu ini mengadopsi teori Adam Schwarz dari AS yang mengagungkan pembangunan ekonomi dari pertumbuhan dengan motivasi akan terciptanya trickle down effect atau efek merembes ke bawah alias otomatis terjadi pemertaan dengan sendirinya atau dapat dikatakan mereka menerapkan kapitalisme gaya Indonesia .Soeharto lebih menyukai dan akhirnya menerpkan teori Widjojo dan Ali Wardhana ini, Soeharto berharap dapat menutup luka lama orde lama yang dianggapnya tidak baik.

Setahun sebelum peristiwa malari ini memang sudah ada cikal bakal pemberontakan dari kalangan akdemisi guna menjatuhkan kewibawaan orde baru, salah satunya adalah perkumpulan aktivis aktivis yang tergabung dalam Grup Diskusi UI atau GDUI termasuk Dorodjatun Kontjoro Jakti ( mantan menko perekonomian pada kabinet Megawati) dan Sjahrir (Ketua umum Partai Perhimpunan Indonesia Baru).Aksi lebih nyata pun pernah terjadi dengan skala yang lebih kecil seperti Mahasiswa Menggugat dan Golongan Putih, namun kedua aksi tersebut tidak mampu melibatkan aksi masa yang besar.
Hal yang perlu dicatat setelah peristiwa ini meletus adalah lebih ketatnya Soeharto mengawasi aksi mahasiswa , menerapkan kembali secara tegas undang undang subversif dan tidak ragu menjebloskan seseorang maupun kelompok ke penjara sebagai bentuk preventif dan juga represi.

Dua Jendral Dibalik Peristiwa Malari

Secara awam ,kita mengenal Malari sebagai tindakan kerusuhan yang disebabkan kekecawaan masyarakat terhadap pemerintahan diktator dan totaliter Soeharo yang diwakili oleh kaum intelektual seperti mahasiswa, namun banyak orang yang percaya bahwa Malari merupakan hasil konspirasi dan buah persaingan antara dua jenderal.Jendral yang dimaksud adalah Jendral Ali Moertopo dan Soemitro, hal serupa sebenarnya dapat kita amati pada persaingan antara Wiranto dan Prabowo pada tahun 1998.
Meminjam istilah dari Chalmers Johnson kedua jenderal tersebut dapat disebut sebagai scorpion general(Blowback,2000) sebab seorang Ali Moertopo dan Soemitro merupakan dua tokoh militer yang sentral dalam peristiwa tersebut, mereka memiliki kekuasaan dan berdalih lawanya yang melakukan konspirasi tersebut.

Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi (eksterm kanan) adalah dalang peristiwa tersebut, Ali Moertopo menuduh oknum inilah yang merasuk dalam gerakan mahasiswa.Dalam buku tulisan Cahyono,Jendral Ali Moertopo justru mendalangi peristiwa Malari berasama CSIS-nya, ia juga menambahkan bahwa Ali Moertopo dan Soejono Humardani yang kala itu keduanya menjabat sebagai Asisten Pembantu Presiden malahan membina hubungan dengan pemimpin eks DI/TII dalam sebuah organisasi dengan nama GUPPI(Gabungan Usaha Perbaikan Perbaikan Pendidikan Islam), Hal yang cukup menariksebab walaupun belum terbuti atau belum ada satupun orang yang berani membuktikan kebenaran ini dan sampai sekarang masih berwujud prasangka ataupun dugaan namun pada masa orde baru pemanfaatan unsur islam radikal terus terjadi pada masa itu.

Sebaliknya Ali Moertopo justru menuduh balik Soemitro,kala itu Soemitrio menjabat sebagai Panglima Komkabtib sedangkan Ali Moertopo menjabat sebagai Asisten Pribadi Presiden baersama S. Humardani, Letnan Soeryo, dan Mayjen Tjokropranolo. Ia menganggap Soemitro sebagai “orang luar” yang seharusnya bertanggung jawab dalam kerusuhan itu. Pandangan Ali Moertopo terhadap Soemitro
Era dimana peristiwa Malari meletus, Soeharto membentuk “Guardian General” atau jendral penjaga yang tugasnya kurang lebih mengawal pemerintahan Soeharto yang totaliter, ada empat orang yang berindak sebagai satgas disini, semisal S.Huamrdai,Soeryo,Tjokoropranolo dan Ali Moertopo. Sebelum bertugas di Aspri Ali Moertopo adalah Wakil Ketua Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara), ia adalah orang yang berkiprah besar dalam dunia intelijen Indonesia, bersama S. Humardani ia merintis CSIS ( Center for Strategic and International Studies) yang merupakan lembaga penelitian terhadap kebijkan pemerintah khususnya aksi dalam bentuk intelijen internasional ia juga menerbitkan tulisan Dasar-dasar Pemikiran tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun yang selanjutnya diterima MPR sebagai strategi pembangunan jangka panjang (PJP).Kedekatanya dengan Soeharto yang mengakibatkan dirinya sebagai salah satu Aspri dan Menteri Penerangan pasca Malari dimulai saat memulai kiprahnya sebagai anggota militer, ia tergabung dalam Banteng Raider dibawah komando Ahmad Yani dalam menumpas radikalis Islam Darul Islam,Ali kala itu mendukung Letkol Soeharto sebagai Pangdam Diponegoro ,akhirnya Soeharto berhasil dipilih dan sebagai imbalanya Ali Moertopo diangkat sebagai Asisten Teritorial sebelum akhirnya ia ditarik ke Jakarta untuk menduduki beberapa jabatan strategis disana.

Ali Moertopo menganggap Soemitro sebagai orang yang tidak setia kepada Soeharto, ia dan kawan kawanya di Aspri menganggap manuvernya di Pangkomkabtib terlalu berbahya bagi kelangsungan kekuasaanya sebagai pembisik presiden di tingkat atas.
Dalam sebuah dokumen Ramadi disebutkan bahwa Soemitro menggalang dukungan di kampus kampus, lebih lengkapnya Ramadi yang dikenal dekat dengan Ali Moertopo menyebutkan bahwa ada jendral yang berinisial S yang akan merebut kekuasaan Soeharto, dan dipastikan Pak Harto akan jatuh. Tudingan dalam hal ini tentu saja mengacu pada Soemitro.

Namun Dukumen Ramadi ini justru didukung oleh ucapan Soemitro sendiri ,Soemitro kala itu sering melakukan roadshow mengunjung petinggi militer lokal di dareah, dalam salah satu kesempatan Soemitro menyebut “Jenis Kepemimpinan Baru” yang tentu saja merujuk pada gaya kepemimpinan Soeharto.
Nahas bagi Ramadi,dokumenya benar benar membuat huru hara di lingkungan jendral-jendral,petinggi militer yang tidak merasa terlibat merasa dokumen ini akan membahayakan posisinya, Ramadi ditangkap dan akhirnya meninggal secara misterius dalam status tahanan.

Pandangan Soemitro Terhadap Ali Moertopo
Soemitro dikenal sebagai jenderal yang juga seorang pemikir,hingga akhir hayatnya ia masih krirtis terhadap pemerintahan walaupun hanya berkutat pada bidang parlementarian,seperti pada tahun 1997 setahun sebelum ia wafat,ia mengomentari posisi PPP dan ABRI yang dinilai tidak bermanfaat bagi parlemen.

Jenderal Soemitro dilahirkan di daerah Probolinggo 13 Januari 1927,Ayahnya merupakan aktivis PNI dan berkerja sebagai kasir di PG Gending sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.Soemitro muda tinggal di lingkungan religius di pondok pesantren hingga menginjak usia 16 tahun ia mendaftar sebagai anggota Bala Bantuan PETA, ia diterima dan akhirnya mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan militer di Akademi Militer Bogor,saat agresi Belanda II meletus ia ditunjuk oleh Panglima Komando Jawa Kol.Nasution untuk melakukan teknik Wingate ,atau operasi gerilya yang diadopsi dari gaya serang perang di Burma saat itu Soemitro menjabat sebagai Sub Wehrkreise Kota Malang.

Kala itu Soemitro berhasil menjalankan tugasnya dengan baik ia ditunjuk menjadi komandan batalyon tingkat regional dan ditugaskan menumpas laskar liar di segitiga Pasuruan,Sidoarjo dan Mojokerto.
Sebagai seorang petinggi militer zaman Orba ,karrinya cukup diperhitungkan,ia menempuh Advanced Course di Fort Benning,Amerika,pendidikan yang juga pernah ditempuh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

Setelah Malari meletus ia memutuskan hengkang dari dunia militer yang melambungkan namanya,ia menulis buku yang cukup membuka mata kita ,dengan judul Pankopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa Malapetaka 15 Januari ’74 .
Dalam peristiwa Malari Soemitro adalah tokoh strategis dalam kejadian berdarah tersebut, Soemitro kala itu menjabat sebagai Pangkopkamtib ,ia dituduh Rivalnya Ali Moertopo yang saat itu menjabat sebagai salah satu Aspri melakukan aksi sabotase menggulingkan Soeharto,sebuah okumen dari orang dekat Ali Moerttopo menyebutkan bahwa ia menggalang kekuatan di kampus kampus,terlepas dari itu semua Soemitro menganggap Ali Moertopo lah yang seharusnya bertanggung jawab atas peristiwa Malari tersebut, Ali Moertopo memiliki otoritas yang penuh di CSIS sebuah badan merangkap pusat studi intelijen yang pastinya didukung oleh orang orang hebat dalam bidang itu, sebenarnya dugaan Ali Moertopo itu didukung dengan analisis bahwa jenderal Ali Moertopo memiliki hubungan dengan golongan ektrimis sayap kanan Islam .

Peristiwa Malari: Murni Gerakan Mahasiswa atau Konspirasi Petinggi Militer?
Sebelum adanya peristiwa Malari sebuah diskusi konstruktif sudah ada di UI ,mereka akademisi UI menyatakan sikapnya dan evaluasi tentang gerakan mahasiswa dan kelompok lain yang mengatasnamakan diri sebagai pemuda, seperti Gerakan Golongan Putih, Mahasiswa Menggugat dan lain sebagainya.

Gerakan gerakan diatas belum mampu mendobrak pemerintah, dan para pelakunya sudah terlebih dahulu dibekuk pemerintah dengan tuduhan subversif dan tuduhan yang dibuat buat lainya.
Pasca meletusnya Malari, Ali Moertopo yang kala itu duduk sebagai Asisten Pembantu Presiden menganggap para mahasiswa didukung oleh radikalis sayap kanan yang berhalauan Islam seperti orang orang eks Masyumi yang pro orde lama dan merasa sakit hati dengan Soeharto namun mahasiswa tidak serta merta membantahnya karena dalam tubuh mahasiswa sendiri ada organisasi HMI dan PSII yang memang diisi oleh orang orang eks Masyumi, anggap saja hal itu sudah tidak jadi soal tentang siapa orang orang yang terlibat, namun pendapat Soemitro yang mengatakan justru Ali Moertopo lah yang menjadi aktor intelektual,perlu diingat bahwa Ali Moertopo memiliki CSIS, organisasi memang sebagai pusat studi intelijen nasional, namun secara logika CSIS diidi oleh orang orang hebat sebagai pakar intelijen , yang menurut Soemitro adalah orang orang yang bertanggung jawab menghasut para mahasiswa, tidak ingin kalah kubu Ali Moertopo ,diwakili oleh Ramadi mengeluarkan dokumen yang telah disebutkan diatas, lalu siapakah yang menjadi aktor intelektualnya?

Dibalik pertanyaan besar yang masih melingkupi kabut peristiwa berdarah tersebut para analisis dibidang militer maupun bidang politik mengungkapkan kekuatan dua kutub magnet militer antara Ali dan Soemitro sangatlah kuat.Friksi antara dua jenderal besar tersebut membuat beberapa penggiat buku menerbitkan 12 buku rujukan yang memnceritakan kejadian berdarah tersebut.

Sumber:
id.wikipedia.org/ali moertopo
id.wikipedia.org/soemitro
id.wikipedia.org/malari

Kamis, 15 Juli 2010

SMS Salah Sambung Yang Bikin Jengkel (Lucu) ?

Komunikasi melalui telepon selular baik bicara langsung maupun via sms bila telah terjadi salah sambung, atau dapat sms yang isinya gak terlalu penting kadang bikin jengkel yang menerimanya, malah kalau bisa ingin meremas-remas kepala orang yang kirim sms itu dengan gagang sapu, tapi bila diperhatikan dari perspektif kegigihan seorang karyawan bagian procurement dan humor maka sms ini memiliki nilai yang posisif. Gak percaya? Simaklah sms salah sambung ini :

1. +628128642xxx
12-Jul-10 09:35
Slmt pg pak Rahmat, bgm kiriman semennya? Kok smp hr ini blm msk jg brgnya? Kan 2 hr yg lalu sy sdh kirim P.O apkh bpk sdh trm?

2. +628137145xxx
12-Jul-10 09:38
Maaf pak ini dgn siapa ya?, bpk salah sambung…

3. +8128642xxx
12-Jul-10 09:39
Sy Richard Mamahit pak! Lho…?! Ini kan pak Rahmat Wahono agen semen yg di Cikarang kan? Gmn pak sdh brgkt truknya?

4. +628137145xxx
12-Jul-10 09:41
Pak! (mulai jengkel) sy bukan Rahmat, sy Mulyono, sy lg di Kalimantan.

5. +068128642xxx
12_jul-10 09:43
Wahh…ini pak Mulyono agen semen yg di Kalimantan itu kan? Emang dasar agen semen di mana2 sama aja, selalu gak bisa tepat waktu klo kirim brg.

6. +628137145xxx
12-Jul-10 09:44
Anda ini siapa sih…?! Kok ngotot bener ?! sy Mulyono karyawan yg lg tugas di Kalimantan, bkn agen semen, bpk maunya apa sih !?

7. +628128642xxx
12-Jul-10 09:47
Tp ini pak Mulyono yg karyawan agen semen jg kan…? Sy cuma pengen semen yg sy pesen tlg cepet dikirim pak!

8. +628137145xxx
12-Jul-10 09:50
Anda ini sdh kurang ajar! Gak percaya klo sy bkn Rahmat yg bpk maksud. Sy Mulyono krywn kehutanan, sy tinggal di Fatmawati, Kebayoran.

9. +628128642xxx
12-Jul-10 10:05
(agak lama juga dia jawab, kayaknya sudah kesel banget sama si Richard Mamahit nih…)
Tuh kannn…!!! apalagi bpk tinggal di Fatmawati, pasti rmhnya di sebelah agen semen kan…? Ayo dong pak cepet kirim semennya!


10. +628137145xxx
12-Jul-10 11:55
(Lama gak jawab sms dari Richard Mamahit, rupanya si Mulyono udah mulai kehilangan kesadarannya, lihatlah bentuk sms-nya yang paling akhir, setelah itu dia gak pernah jawab-jawab sms lagi, barangkali dia sekarang lagi mengalami depresi berat)

“Saya rasanya kenal dengan anda….”
“Siapa anda sebenarnya…?!?!?!”

11. +628128642xxx
12-Jul-10 12:00
(Lain Mulyono, lain lagi si Richard yg memang gigih nanyain orderannya yg belum sampai juga)

“Yahhh….! Bpk mulai lupa, sy Richard pak…Richard Mamahit…yg pesen semen sama bpk”



Jakarta, 17 Juli 2010

Kejadian diatas adalah nyata adanya, cuma nama dan tempat sudah disamarkan, maaf kalau kebetulan ada yang punya nama sama, (nama asli ada pada redaksi).

Nasruddin Hore Temennya si PH