Entri Populer

Selasa, 06 Maret 2012

Pejompongan-Bendungan Hilir (Dahulu Kala)

Gak tau kenapa, tiba-tiba aja gue kepengen banget nulis tentang Pejompongan dan Bendungan Hilir, tempat dimana gue ngabisin masa kecil hingga remaja di wilayah ini. Gue sendiri sebenarnya bukan asli penduduk Pejompongan, malah gue lebih dekat dan kental dengan budaya Betawi, Utan Kayu. Ya, ortu gue dulunya tinggal di Jl. Mangga, Utan Kayu-Rawamangun, lantas karena Bokap gue yang Pegawai Negeri Departemen Pekerjaan Umum, dapat rumah di Jl. Danau Tamblingan-Blok. F, makanya pada tanggal 30 September 1973, gue sekeluarga buru-buru hijrah kelingkungan baru, yakni di Pejompongan sampai sekarang (rumah orang tua).



Gue yakin penduduk asli Pejompongan sendiri sampe hari ini pasti gak ada yang tau apa arti kata dari Pejompongan, cuma gue boleh dapat dari Wikipedia, Pejompongan disebut sebagai :



Pejompongan, Bendungan Hilir, merupakan kawasan pemukiman kelas menengah ke atas di Jakarta yang mulai dikembangkan sejak masa 1950-an. Kawasan ini dibangun sebagai prasarana untuk tempat tinggal pegawai negeri dan institusi negara lainnya yang harus bertempat tinggal di Jakarta.

Wilayah Pejompongan terletak di sebelah utara kompleks olah raga Senayan, dan di sebelah timur kawasan Slipi. Secara administratif berada dalam Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat dan sebagian besar berada di Kelurahan Bendungan Hilir.



Arena Bermain :





Bener apa kata Wikipedia, Pejompongan dan Bendungan Hilir yang dikonsep sebagai tempat pemukiman golongan menengah ke atas itu gak bikin jomplang pertemanan, karena rata-rata status sosialnya sama, yakni yang kebanyakan orang tuanya sebagai pegawai negeri sipil, atau militer, jadi kalau main asyik aja semua menyatu. Gak kayak anak-anak jaman sekarang yang kelayapannya ke mall, atau ngerem di rumah lantaran asyik pada internetan, kalau anak-anak Pejompongan dan Bendungan Hilir di era tahun 70an tempat main yang paling asyik saat itu, main di kali Ciragil yang airnya masih kecoklatan lantaran belum di beton seperti sekarang, jadi ekosistemnya masih baik, karena di kali itu masih banyak ikan mujair, ikan mas (kalau danau di Taman Ria-Senayan airnya meluap lantaran hujan deras).



Dulu suka main bola dilapanan milik RSAL-Mintohardjo yang ada dibagian belakang Rumah Sakit, kala itu lapangan bola ini boleh dibilang yang terbaik ke tiga setelah Stadion Senayan, dan Stadion Menteng, rumput yang tebal dan rata, juga panjang lapangan yang standar FIFA, makanya lapangan Sepak Bola milik Angkatan Laut ini kerap suka dipakai bertanding oleh klub-klub bola yang ada di Jakarta, bahkan sering juga pihak TNI AL kedatangan tim sepak bola dari Angkatan Laut manca negara, yang gue inget pernah tim Angkatan Laut Perancis datang bertanding kesana lawan tim sepak bola TNI-AL.





Atau nge-bolang di Kebun Pembibitan milik Pemda DKI (sekarang Apartemen Park Royal), dulu gue sering banget nyolongin bibit tanaman disana, cuma gitu, dasar masih bocah, bibit tanaman yang gue colong, lantas gue buang gitu aja dijalan.



Tempat bermain anak-anak Blok. F lainnya yang gak kalah asyik adalah main perang2ang pakai katapel dan berburu ayam tetangga yang nyasar di Kebon (Jalur Hijau) di depan Jalan Danau Dampelas (sekarang jadi tempat parkir peralatan Dinas Pekerjaan Umum DKI), paling keren kalau malam Minggu main dor nama (perang2an) di areal itu, asyik kayak perang beneran, muka dibikin cemong, biar musuh salah tebak, satu tum pada tukeran baju.



RSAL Mintohardjo Ikon Warga Pejompongan dan Bendungan Hilir :



Pejompongan sendiri terdiri dari tujuh (7) Blok yang dibangun dijaman pemerintahan Soekarno, yakni mulai dari Blok. A sampai dengan Blok. G. Hebatnya semua nama Jalan di wilayah perumahan Pejompongan ini pakai nama-nama Danau yang ada di seluruh Indonesia, sedangkan orang tua gue sendiri tinggal di Blok. F, sementara wilayah Bendungan Hilir yang relative lebih tinggi wilayahnya, kebanyakan juga di huni oleh pegawai sipil atau militer dari Kesatuan Angkatan Laut, mulai dari Jl.Bendungan Hilir Raya, Jl. Bendungan Jatiliuhur, Jl. Bendungan Asahan, Taman Rawa Pening, dan Jl. Bendungan Walahar.



Rumah Sakit Mintohardjo (adik gue yang paling kecil si Lupi, dulu suka kesrimped lidahnya kalau bilang RSAL jadi Israel, mungkin lantaran dia waktu itu masih kecil, jadi tuh lidah rada ribet ngucapin kata RSAL). Rumah Sakit ini jadi ikon warga Pejompongan dan Bendungan Hilir, karena di kedua wilayah itu cuma gedung RSAL ajalah yang paling menonjol dan mudah diingat oleh semua orang (sampai sekarang kayaknya). Kisah berdirinya RSAL sendiri yang gue dapat dari web sitenya RSAL Mintohardjo adalah sebagai berikut :

Rumah Sakit Angkatan laut Dr.Mitohardjo Jakarta, berlokasi di jalan Bendungan Hilir No.17 Pejompongan Jakarta Pusat, tampak asri, besar dan kokoh, rumah sakit ini dibangun diatas lahan seluas 42.586 m2.

Cikal bakal Rumah Sakit ini berawal dari sebuah kegiatan pelayanan kesehatan berupa perawatan pasien di jalan Cut Meutia No.16 dan klinik bersalin di jalan Citandui No.4 dan jalan Cidurian No.2 Menteng Jakarta Pusat yang kesemuanya itu dikelola oleh Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim Djakarta yang berkedudukan di jalan Prapatan No.48 Djakarta.

Dengan berkembangnya TNI-AL dan tuntutan kebutuhan pelayanan dan perawatan kesehatan, maka dibangun sebuah rumah sakit di Bendungan Hilir dan diresmikan pada tanggal 1 agustus 1957 diberi nama Rumah Sakit Angkatan Laut Djakarta, sebagai komandan dipercayakan kepada Mayor Laut (K) dr.Gandi.AT. Pada saat itu prasarana dan fasilitas rumah sakit sangat sederhana, diwakili oleh 5 orang dokter yang terdiri dari dokter bedah, anak, kebidanan, penyakit dalam dan satu orang dokter umum.



Tempat Hiburan Warga Pejompongan dan Bendungan Hilir :



Anak-anak Pejompongan dan Bendungan Hilir, sebenernya sih…sudah sangat dimanjakan dengan keberadaan dua bangunan bioskop yang berada di sepanjang Jalan Bendungan Hilir Raya, yakni untuk yang lagi cekak uang jajannya bisa nonton di Benhil Theater (sekarang Menara Batavia), di bioskop ini semua orang bisa nonton dengan kaki naik diatas bangku kalau lagi hujan, begitu hujan reda sandal pada hilang lantaran kebawa air kali Krukut. Paling asyik kalau nonton di bioskop ini pas malam Jum’at, karena penghuni Pejompongan Indah pas lagi libur. Di jaman itu, kalau nonton di bioskop ini penontonnya masih pada demen tepuk tangan kalau jagoannya dalam film menang berkelahi, kayaknya asyik-asyik norak ngeliatnya.



Buat yang baru aja dapet uang jajan, atau baru aja ngibulin orang tuanya, anak-anak Pejompongan atau Bendungan Hilir bisa nyambangin bioskop yang adem ber-AC di Pasar Bendungan Hilir, yakni Bioskop Benhil Raya Theater, di bioskop ini tempatnya rada mendingan elit, dan buat yang punya kebiasaan tepuk tangan kalau lagi nonton, pasti bakalan malu, lantaran disorakin norak. Di Bioskop ini pernah ngalamin masa kejayaan yang gilang gemilang, ketika meledaknya film-film Warkop DKI, penonton dari seantero Pejompongan dan Bendungan Hilir, bakal tumplek-blek ke bioskop ini. Cuma ada di bioskop ini yang penontonnya bisa reunian di dalam bioskop, dan cuma nonton di bioskop ini pula yang bisa bawa makanan gado-gado Bu Bambang ke dalam gedung bioskop, itu karena gedung bioskop ini adanya jadi satu dengan Pasar Bendungan Hilir.



Anak-anak Pejompongan dan Bendungan hilir kalau lagi royal bisa juga pada nonton ke Jakarta Theater, Eldorado, New Garden Hall Theater, atau biar kelihatan keren dikit (padahal lagi cekak juga) nontonnya bisa di Mayestik atau Adhi Theater (Pasar Blok. A-Kebayoran Baru)



Pejompongan-Bendungan Hilir Kompleknya Sekolahan :



Remaja-remaja Pejompongan dan Bendungan Hilir kala itu berteman sangat akrab, bisa jadi lantaran mereka pada sekolah di sekolah yang sama, yang gue inget untuk Sekolah Dasar aja ada SD. Negeri Pagi 1 sampai Pagi 5, untuk yang berada di wilayah Bendungan Hilir ada SDN Gang IX Pagi (sekolah gue, yang sekarang sudah jadi Gereja), SD KPBD, dan SD. DCI, SD Guntur, begitu mereka pada lulus SD, ngelanjutinnya juga gak jauh-jauh, disana ada SMPN XL (40) yang masuknya pagi barengan sama Pegawai Negeri, dan siangnya SMPN LXX (70), yang masuknya siang jam 12.00 barengan sama tukang sayur pulang dagang, juga ada SMP Al’ Abrar dan SMP Guntur. Gedung (SMP XL dan SMP LXX) ini terletak di Jalan Danau Limboto, yang gue heran, bisa-bisanya satu gedung dipakai bersama buat belajar, walau akhirnya SMPN LXX (70) bisa juga punya gedung sendiri di Jl. Tenaga Listrik-Karet Tengsin (malu).



Uniknya di kedua sekolah ini (SMPN XL dan SMPN LXX), yang jadi satu gedungnya (Kayak SAMSAT AJA!) sering banget pada ribut berantem lewat surat-suratan, yang anak SMPN XL sebelum pulang suka ngeledek lewat surat, dan anak-anak siang (SMPN LXX) yang merasa kesinggung, ngancem lagi lewat surat. Gitu aja terus, dan seinget gue, belum pernah ada ribut-ribut sampai tawuran bacok-bacokan kayak anak-anak SMA jaman sekarang. Lebih hebat lagi kalau di luar jam sekolah (libur) semuanya yaa…pada berteman dan akur-akur aja. Emang hebat anak-anak Pejompongan dan Bendungan Hilir ini.



Remaja-remaja yang dulunya sekolah di SMPN XL dan XXL ini makin akrab dan akur aja ketika lulus SMP-nya kebanyakan pada ngelanjutin ke SMAN 24-Lapangan Tembak, atau Komdak, sebagian ada yang masih ngerem di wilayah Bendungan Hilir, yakni SMAN 35, dan yang pengen dibilang petualang pada masuk ke SMAN 4, SMAN 7, semua dibilangan Jakarta Pusat, sedangkan yang belajar di Jakarta Selatan ada di SMAN. 3, SMAN. 6, SMAN. 11, dan SMAN. 9



Pekan Olah Raga Warga Pejompongan Dan Bendungan Hilir :





Semangat kesukuan, boleh dibilang pada waktu itu gak begitu menonjol, justru semangat sesame warga satu Rukun Warga (RW) lah yang saat itu sangat menonjol. Gimana enggak? Dulu tiap tahun pihak Kelurahan Bendungan Hilir yang warganya terdiri dari 8 (delapan) RW ini selalu ngadain Tarkam antar RW dengan cabang-cabang olah raga kayak : Sepakbola yang diadakan di Lapangan Merah (Cabang dari Lapangan Merah di Uni Sovyet), Bola Volley, biasa dipakai Lapangan di Wisma Lumba-Lumba, dan cabang Bulutangkis dengan Hall Legendarisnya di Komplek PAM Lama. Paling bangga emang jadi warga RW 03, disini tempat gudangnya atlit di cabang-cabang ke tiga olah raga tersebut. Ada keluarga besar Decky bersaudara, keluarga ini sangat dikenal dengan anggota keluarganya yang serba bisa disemua cabang olah raga, lantas ada Djonny Amrin (almarhum), Ami Yunus, Denny, Ongko, Wawan (almarhum), Benny Faturahman, Hazairin, Iwan, Herry Jangkung, mereka adalah jago-jagonya olah ragawan volley.

Di event ini semua warga bisa saling ketemu dan ngobrol sesama supporter walau mereka berada di kubu lawan. Mereka guyub, akur, dan saling bercanda, cuma yang bikin prihatin kalau lagi warga RW 08 main bola, gak perduli siapa lawannya pasti selalu ada keributan di cabang olah raga ini, tapi tetep aja, yang namanya gue paling demen sama sepak bola, tetep aja main dan nonton.



Komunitas 548, Bukti Guyubnya Warga Pejompongan-Bendungan Hilir :



Kalau radio komunikasi 11 meter dan 2 meteran memang jadi mainan anak-anak remaja se Indonesia, gak ketinggalan anak-anak Pejompongan dan Bendungan Hilir. Komunitas 548 sebagai bukti gak adanya kasta sosial dan pembagian wilayah pertemanan, di komunitas ini tergabung anak-anak Pejompongan dan Bendungan Hilir bersatu dalam pertemanan baik di udara maupun pada saat copy darat, bahkan di acara copy darat mereka lebih solid lagi dalam berteman.

Tokoh-tokoh di komunitas ini antara lain ; Ami, Imam, Dodo Bule, Dadit, Yani, Ira, Argo (Sute), Iik, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Keakraban warga Pejompongan dan Bendungan Hilir ini tak ubahnya kayak komunitas anak-anak Tebet dan Kebayoran, cuma di dua komunitas terakhir ini mereka masih eksis walau sudah terpencar. Sayang mereka yang dulunya remaja dan tinggal di Pejompongan dan Bendungan Hilir sekarang sudah hidup terpencar, dan kedua wilayah ini pun sekarang sudah banyak beralih fungsi jadi perkantoran dan tempat kost, banyak warga baru yang gak tahu riwayat Pejompongan dan Bendungan Hilir, mereka lebih individualis, sangat berbeda dengan warga Pejompongan dan Bendungan Hilir di era 70 dan 80 an. Andai aja ada satu wadah untuk Komunitas Warga Pejompongan dan Bendungan Hilir, sebagai tempat untuk berkumpul dan bernostalgia sambil memererat tali silahturahim, pasti akan keluar lagi tuh cerita-cerita masa kecil dan remaja dulu.



Jakarta, 5 Maret 2012



Prie Rain Pebble



Catatan :

Tidak diharamkan menambah tulisan buat teman2 yang punya kenangan manis dengan Pejompongan dan Bendungan Hilir.

Rabu, 24 Agustus 2011

Kamis, 18 Agustus 2011

HTC Inspire 4 G Android Phone


Gucci Crystal GG




Self Affection

Self reflection:

Actually I was very embarrassed when I faced this face in the mirror. Yes, I really felt that I was not as good as I looked, there are still many flaws in myself that is very inappropriate in pride.

Better that way every day I look at my face in the mirror with all its shortcomings, than I boast I looked, but did not actually bring much benefit to others.