Entri Populer

Rabu, 26 November 2008

BAGAIMANA MENUNDUKKAN PENYAKIT HATI…???

Ketika seseorang mengalami suatu penyakit yang ada didalam dirinya, maka sudah dipastikan dokterlah sebagai rujukan pertama dalam melakukan langkah pengobatan dan penyembuhannya, yaaa… sekarang ini sudah dipastikan hampir semua jenis penyakit dapat disembuhkan oleh dokter dan rumah sakit, namun demikian ada satu jenis penyakit yang semua dokter bahkan profesorpun tidak mampu mengobatinya, penyakit apakah itu…? Yaaa…!!! Pastinya adalah penyakit hati, dan bagaimana penyakit hati itu mulai merasuki jiwa manusia…?
Sepanjang pengetahuan saya yang masih dangkal ini, penyakit hati ini menghinggapi orang-orang yang sedang mengalami :
1. Kesuksesan, Kebahagiaan, Keberhasilan, Kekayaan, Kepandaian.
2. Kemiskinan, Kesusahan Hidup, Kegagalan Dalam Meraih Sesuatu.

Dua hal diataslah yang selama ini menjadi penyebab penyakit hati itu timbul, kenapa bisa begitu…? Sudah menjadi kodrat manusia bila seseorang mendapatkan kebaikan, keberhasilan bila tidak disertai dengan rasa syukur maka bahwa apa yang telah diraihnya itu semata karena campur tangan Alloh SWT atas ridhoNya semata, dia akan menjadi orang yang sombong, angkuh, haus pijian dan lain sebagainya, begitu pula sebaliknya bila kerugian yang didapat apabila tidak disertai dengan sikap tawakal dan sabar serta sadar bahwa mungkin Alloh SWT sedang menunda keinginan kita, atau dibalik kegagalan itu ada hikmah yang bisa diambil, maka dia akan menjadi orang yang skeptis, mudah putus asa, mudah berprasangka buruk terhadap niat baik seseorang.

Pada tingkatan penyakit hati nomor satu, secara umum adalah bila seseorang dalam hidupnya telah menerima, mendapatkan segala apa yang dicita-citakan/impikan, baik secara materi, intelektualitas, maka bila tidak dibarengi dengan sikap rendah hati (tawadhu) maka biasanya orang ini akan memandang rendah sesamanya, bahwa orang lain tidak pantas disejajarkan dengan dirinya, dan apa yang menjadi ucapannya adalah sesuatu yang harus dituruti, tanpa lagi melihat kondisi dan perasaan orang disekitarnya.

Adapun penyakit hati nomor 2 secara umum adalah bila seseorang didalamnya menilai dirinya gagal dalam menjalani hidup, atau kehidupan ekonominya belum berada pada taraf yang baik, maka penyakit hati yang timbul pada orang yang terkena adalah mudah menjadi marah/tersinggung, sering berperilaku suudzon terhadap niat baik orang lain, mudah putus asa, minder, skeptis, sehingga orang macam ini menjadi sulit untuk bangkit dari keterpurukan.

Namun demikian untuk mengobati penyakit-penyakit macam ini kita tidak perlu jauh-jauh mencari dokter atau rumah sakit yang canggih dan mewah sekalipun, dan obatnyapun sangat mudah didapat, bahkan bertebaran disekeliling kita, apakah itu…?

Petuah dari orang yang tinggi dan dalam ilmu agamanya mengatakan bahwa ; sering-seringlah melakukan takziah (melayat orang meninggal), juga lebih sering mengingat akan kematian dan memahaminya bahwa tidak ada satupun yang abadi dan segala apa yang telah dimilikinya di dunia ini semuanya hanyalah titipan, kelak ketika waktunya tiba untuk menghadap Sang Khalik, maka tidak ada satupun yang dapat menundanya barang sedetikpun! Isteri, anak-anak yang shaleh, kendaraan mewah yang dimiliki buat mengantarkan jasad yang membujur kaku tak berdaya hanya sanggup mengantar sampai ke makam saja, deretan gelar akademis yang diraih susah payah juga tidak ikut terbawa ke liang kubur. Harta, Isteri dan anak-anak yang mengantar akhirnya kembali ke rumah untuk melanjutkan kehidupan yang tersisa, sedang jasad yang sudah terbaring di liang lahat itu dan hanya berbekalkan kain kafan sepanjang tiga meter, serta amal dan ibadah kita selama masih hidup yang mengiringi ke liang lahat dan kelak amal dan ibadah yang telah dijalankan itu juga akan dimintai pertanggunganjawab.

Demikian sedikit renungan untuk mengingat kematian, karena semakin sering kita melakukannya, syukur bila kita bisa ikut turun ke liang lahat untuk mengantar kepergian terakhir dari sahabat, saudara dan handai taulan kita, semata agar hati yang beku dan penuh dengan keangkuhan itu dapat segera mencair dan merubah pola pandang kita menjadi lebih arif, bijaksana, rendah hati dan cinta terhadap sesama serta semakin takut dengan Alloh SWT, karena orang yang angkuh/sombong cenderung menjadi lupa siapa yang telah menciptakan dirinya.

Jakarta, 8 September 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar