Entri Populer

Selasa, 09 Desember 2008

Hanya Berbagi

Bingung mau mulai dari mana tulisan ini dibuat, ketika sebuah ancaman terhadap merosotnya akhlak sebuah generasi penerus, serta niat baik sebuah lembaga untuk melindungi martabat kaum wanita dari eksploitasi bisnis syahwat untuk konsumsi kaum lelaki hidung belang, sementara di luar tempat kita tinggal banyak orang-orang yang mulai mengkhawatirkan bila saja sebuah rumusan mulia yang di tuangkan kedalam undang-undang dan sedang berjuang dalam proses pengesahan mendapat tekanan hebat dari orang-orang yang memang hanya bisa hidup dari bisnis pornografi (seniman, penyanyi dangdut, pekerja film, pengusaha rekaman film) malah seorang tokoh besar yang berpengaruh dan dianggap moderasat dengan apa yang dikatakannya akan diamini oleh para pengikutnya, gak perduli mau benar atau salah hingga mereka dengan ringannya mengatasnamakan kebebasan berekpresi dan berkesenian RUU AP yang sudah disyahkan menjadi undang-undang itu minta agar dihapuskan.

Dapat dibayangkan bagaimana kehidupan moral dan akhlak anak bangsa kelak bila UU-APP ini dihapuskan, arus informasi yang berbau pornografi dengan segala cabangnya (film, majalah, keping vcd dan dvd)dan tontonan langsung dengan penampilan artis yang seronok dan sensual hingga mengundang birahi kaum lelaki akan semakin sulit dibendung. Sementara gejolak ini diluaran banyak ditanggapi dengan kritis, tapi sebaliknya di lingkungan yang lebih kecil, tepatnya di tempat dimana penulis tinggal hal ini ditanggapi secara berlebihan dengan sikap yang sangat paranoid dan informasi yang penulis sampaikan dianggap berpotensi menimbulkan SARA, heraannn...darimana penilaian itu bisa timbul...???, andai saja mau tahu lebih dalam isi dari UU-APP tersebut pastilah akan maklum dan mendukungnya, karena UU ini begitu luhurnya dalam melindungi kepentingan kaum perempuan dan anak-anak dari ekploitasi sex kaum lelaki hidung belang, dan hal ini sangat jauh dari singgungan agama manapun, bahkan semua agama mentabukan pornografi. Sungguh sebuah pandangan yang sangat sempit!

Disinilah letak tingkat kedewasan dipertaruhkan dalam menerima berbagai masukan dan informasi sebagai tanda dinamisnya sebuah hubungan dalam bermasyarakat, mudah saja bagi yang tidak setuju dengan ajakan moral tersebut bisa diabaikan atau hapus saja informasi tersebut, adapun bagaimana menyalurkan aspirasi tersebut, memang cuma ada satu saluran langsung via telepon dan faksmili ke salah satu partai, yang kebetulan memang dialah yang merespon dengan baik, adapun saluran lainnya sempat sulit dihubungi (mungkin sibuk), namun bukan berarti ini kampanye terselubung.

Ada pemikiran sederhana dari saya, kalau wadah ini dibuat hanya untuk memuat berita skala kecil (lingkungan tempat tinggal), betapa sayangnya wadah yang canggih ini kalau hanya memuat berita yang dari segi bobotnya kurang bisa memberikan pencerahan kepada para anggotanya sementara diluar sana betapa banyak informasi yang bisa diserap dan bisa dibagi, walau masing-masing pasti mampu menyerapnya dari wadah yang lain. Sangat setuju regulasi dibuat agar tidak ada distorsi sesama anggota sepanjang informasi yang bernada SARA memang sudah sangat meresahkan karena bersifat menghasut, mengajak untuk memusuhi lawannya, yang berpotensi menimbulkan kerusuhan baik dalam skala kecil maupun besar, begitu pula dengan informasi gambar yang berkonotasi porno ada baiknya juga tidak ditampilkan begitu saja.

Siapapun orangnya, kematangan jiwa tidaklah ditentukan dari tinggi atau rendahnya predikat akademis yang diraihnya namun sangat ditentukan oleh kebiasaan mereka menerima sebuah perbedaan, kesabaran dalam bersikap serta mampu memelihara lisan dan perkataannya yang teratur dalam bentuk kesantunan, memiliki ketenangan dalam mengambil sebuah keputusan, dan yang terpenting mampu mengesampingkan ego pribadinya.

Stigma diri ini sebagai seorang trouble maker, tidak kenal kompromi bukan merupakan suatu ganjalan untuk menegakkan, meluruskan sebuah pandangan yang keliru, diri ini sudah cukup lama untuk meredam gejolak, sikap dan tingkah laku untuk menuju perbaikan akhlak yang lebih baik, namun bila prinisp dan ideology sudah terusik, setengah milipun pantang untuk mundur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar