Seorang pensiunan tentara mendatangi seorang ulama
untuk menceritakan kegelisahan hatinya. Ulama itu
dengan senang hati menerimanya.
“Apa masalahnya saudaraku?”, kata sang ulama dengan
nada lemah lembut.
“Begini Aa. Dulu sekali, di masa awal pecahnya
konflik dengan GAM, saya bertugas di Aceh. Suatu
hari seorang wanita mendatangi saya. Rupanya dia
itu tentara GAM yang sedang dikejar-kejar tentara
kita.
Dia sangat ketakutan dan memohon agar saya menolong
dia, kalau tidak dia akan mati dibunuh. Salahkah
saya kalau menolong dia Aa, walaupun waktu itu dia
pihak musuh?”
“Oh tentu tidak, Saudaraku. Kalau untuk
menyelamatkan nyawa manusia, itu adalah perbuatan
baik”
“Terima kasih Aa. Saya memang menolong dia.
menyembunyikan dia di loteng rumah tempat saya
tinggal”.
“Bagus sekali perbuatanmu Saudaraku. Lalu kenapa
kok hatimu gelisah?”
“Masalahnya Aa, selama dia bersembunyi, saya jadi
tergoda. Wanita itu sangat berterima kasih atas
pertolongan saya, jadi dia mau melakukan apa saja.
Akhirnya kami melakukan hubungan badan Aa, dan itu
berlangsung terus”
Aa terlihat merenung beberapa saat. “Hm…ini memang
masalah moral yang pelik. Saat itu memang saat yang
sulit. Keadaan membuat kalian berduaan dalam waktu
lama.
Itu memang salah, tapi di lain pihak dia akan mati
kalau kamu usir dari sana. Tapi Aa percaya
perbuatan baikmu lah yang lebih besar dari pada
kesalahanmu, dan kamu akan mendapat pahala darinya”
“Oh terima kasih Aa…lega sekali saya mendengarnya”,
kata mantan tentara itu, “Aa, bolehkah saya
bertanya satu hal lagi?”
“Silahkan Saudaraku”, sahut Aa.
“Apakah menurut Aa sebaiknya saya beritahu dia,
kalau konflik Aceh sudah berakhir?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar